Operasi Laparoskopi untuk Mengangkat Usus Buntu
Laparoskopi adalah salah satu tindakan medis yang digunakan dalam operasi pengangkatan usus buntu. Laparoskopi memungkinkan ahli bedah untuk melihat bagian dalam abdomen atau perut hingga panggul tanpa harus membuat sayatan besar di kulit.
Proses ini dilakukan sesuai dengan alat bernama laparoskop. Alat ini berbentuk ramping dan memiliki kamera video berukuran kecil, serta dilengkapi dengan cahaya di bagian ujungnya. Mau tahu lebih mengenai laparoskopi? Yuk, simak ulasan di bawah ini.
Keunggulan Prosedur Laparoskopi
Laparoskopi memiliki keunggulan dalam prosedur operasi usus buntu bila dibandingkan dengan tindakan lainnya, seperti:
- Waktu pemulihan lebih cepat, sehingga tidak perlu menginap di rumah sakit dalam waktu yang lama. Hal ini akan menghemat biaya inap rumah sakit dan pengobatan serta perawatan selama menginap.
- Mengurangi rasa sakit dan perdarahan setelah operasi.
- Mengurangi timbulnya bekas luka setelah operasi karena sayatan yang terbilang kecil.
Kapan Laparoskopi Dilakukan?
Sebenarnya, penyakit usus buntu tak selalu berujung pada tindakan operasi. Biasanya dokter akan meresepkan obat-obatan terlebih dahulu untuk mengatasi usus buntu.
Namun, bila penggunaan obat-obatan tak berhasil, mau tidak mau usus buntu harus ditangani lewat prosedur operasi. Prosedurnya ini disebut juga apendektomi. Prosedur operasi usus buntu terbagi menjadi dua, yaitu laparoskopi atau laparotomi (bedah terbuka).
Pada laparoskopi, dokter bedah akan membuat sayatan kecil di perut menggunakan alat laparoskop. Operasi ini bertujuan untuk mengeluarkan usus buntu yang telah meradang. Prosedur operasi ini biasanya membutuhkan rawat inap selama dua hingga tiga hari.
Operasi ini lebih umum dilakukan karena pemulihannya lebih singkat. Operasi ini juga dianjurkan pada pengidap obesitas atau lansia.
Sebelum operasi usus buntu dengan laparoskopi dimulai, pasien diberikan anestesi umum yang membuat pasien tidur selama proses bedah berlangsung. Anestesi ini mematikan area yang akan dilakukan pembedahan.
Selama proses berlangsung, dokter akan membuat beberapa sayatan kecil sebesar lubang kunci pada perut, untuk memasukkan alat bedah khusus yang dilengkapi kamera untuk mengangkat usus buntu.
Sayatan ini memungkinkan dokter untuk memasukkan alat laparoskop, alat bedah, dan tabung yang digunakan untuk memompa gas ke dalam perut, sehingga dokter akan lebih mudah untuk melakukan pengecekan.
Setelah prosedur selesai, gas dibiarkan keluar dari perut. Sementara itu, sayatan akan ditutup dengan jahitan dan dibalut dengan plester. Biasanya, pasien bisa langsung pulang setelah prosedur dilakukan, tetapi ada pula pasien yang diminta untuk beristirahat menginap satu malam di rumah sakit.
Komplikasi yang Dapat Terjadi
Laparoskopi adalah prosedur bedah yang umum dilakukan dan jarang menyebabkan terjadinya komplikasi serius. Komplikasi kecil diperkirakan terjadi pada satu atau dua dari setiap 100 kasus laparoskopi, yang berupa infeksi, perdarahan kecil yang disertai memar pada area sayatan, dan mual serta muntah.
Sementara itu, komplikasi serius setelah prosedur laparoskopi dilakukan hanya terjadi pada satu dari 1.000 kasus prosedur yang pernah dilakukan.
Komplikasi ini termasuk kerusakan pada organ yang dapat mengakibatkan hilangnya fungsi organ, kerusakan pada arteri utama, gelembung gas masuk ke pembuluh darah atau arteri, reaksi alergi dari anestesi, hingga DVT.
Hubungi Informasi & pendaftaran lebih lanjut:
Customer Care RSIA Bina Medika
0821-6980-0909