Kebiasaan yang Bisa Memicu Saraf Kejepit
Saraf kejepit terjadi ketika jaringan sekitar menekan area saraf yang terkena. Kebanyakan kasusnya berasal dari leher (radikulopati serviks), punggung tengah atas (radikulopati toraks), atau punggung bawah (radikulopati lumbal).
Saraf terjepit memang terasa nyeri, muncul rasa sakit yang tajam atau sensasi rasa terbakar di area yang terkena. Nah, ada beberapa kebiasaan yang perlu diwaspadai karena dapat memicu saraf kejepit.
Kebiasaan yang Menjadi Pemicu Saraf Kejepit
Saraf kejepit menimbulkan mati rasa, kesemutan, dan kelemahan otot di area yang terkena. Gejala yang berhubungan dengan saraf terjepit itu mungkin saja menjadi lebih parah saat pengidapnya sedang tidur. Risikonya semakin tinggi jika kamu melakukan:
1. Mengangkat benda berat
Mengangkat benda berat memberikan tekanan yang tidak semestinya pada seluruh otot dan persendian di tubuh. Risikonya semakin meningkat, terutama jika kamu melakukannya tanpa posisi yang tepat.
Meski dalam posisi yang tepat pun, stres dan ketegangan pada otot dan sendi yang terjadi secara spontan juga dapat memicu saraf terjepit. Masalah ini menyebabkan rasa nyeri yang intens dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Pola hidup sedentary
Pola hidup sedentary bisa menjadi pemicu saraf kejepit karena kurangnya aktivitas fisik. Hal ini menyebabkan otot-otot menjadi kaku dan kehilangan fleksibilitas, sehingga meningkatkan risiko tekanan pada saraf.
Gaya hidup kurang aktif juga berhubungan dengan peningkatan berat badan. Kondisi ini memberikan tekanan tambahan pada struktur tubuh, termasuk saraf, yang pada akhirnya meningkatkan kemungkinan saraf terjepit.
3. Latihan intensitas tinggi
Latihan intensitas tinggi memicu kontraksi pada otot yang kuat dan berulang. Aktivitas ini dapat meningkatkan tekanan pada pembuluh darah, tendon, dan saraf di sekitar area yang terlibat dalam gerakan.
Latihan intensitas tinggi juga menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada jaringan sekitar, yang berpotensi menekan saraf. Kondisi ini bisa semakin parah tanpa pemanasan atau teknik yang benar.
4. Olahraga kecepatan tinggi
Olahraga kecepatan tinggi, seperti berlari, bersepeda, sprint, tenis, dan bulu tangkis meningkatkan risiko cedera, terutama pada bagian saraf. Penyebabnya utamanya bisa terjadi karena posisi yang tidak seimbang.
Oleh karena itu, penting untuk menjaga teknik yang benar, melakukan pemanasan sebelum aktivitas, dan memperhatikan postur tubuh agar dapat mengurangi risiko cedera pada saraf.
5. Gerakan berulang
Ketika gerakan dilakukan secara terus-menerus tanpa istirahat yang cukup, saraf-saraf tubuh dapat mengalami iritasi, peradangan, atau kompresi. Hal inilah yang pada gilirannya dapat menyebabkan saraf terjepit.
Saraf kejepit akibat gerakan berulang juga bisa terjadi karena postur tubuh yang buruk atau menggunakan alat yang tidak sesuai juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penekanan pada saraf.
Jika ingin berolahraga atau melakukan aktivitas menggunakan alat tertentu, pastikan untuk memahami prinsip-prinsip ergonomi. Jangan lupa untuk istirahat secara teratur dan melakukan peregangan secara berkala.
Hubungi Informasi & pendaftaran lebih lanjut:
Customer Care RSIA Bina Medika
0821-6980-0909