Emergency Call
Call Center
Follow Us

Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Aneurisma Otak

Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Aneurisma Otak

Aneurisma otak adalah tonjolan berbentuk balon yang terbentuk di pembuluh darah otak. Sekilas tonjolan ini tampak seperti buah beri yang tergantung di batang otak. Aneurisma otak dapat bocor atau pecah dan menyebabkan pendarahan ke otak (stroke hemoragik).

Aneurisma otak pecah paling sering terjadi di ruang antara otak dan jaringan tipis yang menutupi otak. Jenis stroke hemoragik ini disebut dengan perdarahan subarachnoid. Aneurisma yang pecah menjadi kondisi yang mengancam jiwa dan membutuhkan penanganan medis segera.

Meski demikian, sebagian besar kasus yang dialami adalah jenis aneurisma otak tidak pecah. Kondisi tersebut tidak menimbulkan masalah kesehatan, atau menimbulkan gejala tertentu. Umumnya terdeteksi saat pengidap tengah melakukan pemeriksaan untuk mendiagnosis kondisi medis lain. Dalam beberapa kasus, perawatan untuk aneurisma otak yang tidak pecah dapat mencegah pecahnya di masa mendatang.

Gejala Aneurisma Otak

Gejala yang muncul dibedakan berdasarkan tingkat keparahan penyakit yang dialami oleh pengidap. Dua jenis tersebut adalah aneurisma otak tidak pecah dan aneurisma otak pecah. Berikut penjelasannya masing-masing:

1. Aneurisma Otak Tidak Pecah

Aneurisma otak tidak pecah umumnya tidak menimbulkan gejala pada pengidap. Gejala baru akan muncul ketika ukuran aneurisma semakin membesar dan menekan jaringan saraf dalam otak. Berikut ini gejala yang dialami pengidap aneurisma otak tidak pecah:

  • Masalah penglihatan, seperti kehilangan penglihatan atau penglihatan ganda.
  • Rasa sakit di atas atau di sekitar mata.
  • Mati rasa atau kelemahan pada satu sisi wajah.
  • Kesulitan berbicara.
  • Sakit kepala.
  • Kehilangan keseimbangan.
  • Kesulitan berkonsentrasi.
  • Memiliki masalah dengan ingatan jangka pendek.

2. Aneurisma Otak Pecah

Gejala aneurisma otak pecah dimulai dari sakit kepala yang terjadi secara tiba-tiba dan sangat menyiksa. Rasa sakitnya ibarat dipukul benda tumpul dan terasa sangat nyeri. Berikut ini gejala yang dialami pengidap aneurisma otak pecah:

  • Hilang kesadaran.
  • Kejang-kejang.
  • Merasa sakit.
  • Penglihatan kabur atau ganda.
  • Kebingungan mendadak.
  • Leher terasa kaku atau sakit.
  • Penurunan sensitivitas terhadap cahaya.
  • Kelemahan pada salah satu sisi tubuh atau anggota tubuh tertentu.

Penyebab Aneurisma Otak

Aneurisma otak disebabkan oleh kelemahan pada dinding pembuluh darah di otak. Otak membutuhkan suplai darah yang besar. Suplai darah tersebut dikirim melalui 4 pembuluh darah utama yang mengalir dari leher menuju otak. Pembuluh darah ini terbelah menjadi pembuluh-pembuluh kecil.

Jika dapat digambarkan, sama seperti batang pohon yang terbelah menjadi cabang dan ranting. Sebagian besar aneurisma berkembang pada titik di mana pembuluh darah membelah dan bercabang, karena area ini dinilai lebih lemah ketimbang area lainnya.

Faktor Risiko

Ada beberapa kondisi atau kebiasaan yang meningkatkan risiko seseorang terkena aneurisma otak. Berikut ini beberapa di antaranya:

  • Merokok. Merokok secara signifikan dapat meningkatkan risiko mengembangkan aneurisma otak. Hal tersebut dipicu oleh zat berbahaya dalam asap tembakau yang merusak dinding pembuluh darah.
  • Tekanan darah tinggi. Risikonya semakin tinggi jika kamu adalah pengidap tekanan darah tinggi yang memiliki obesitas, banyak konsumsi garam, kurang makan sayur dan buah, serta konsumsi alkohol berlebihan.
  • Riwayat keluarga. Memiliki orang tua, saudara laki-laki atau perempuan dengan riwayat aneurisma otak adalah faktor pemicu yang tidak bisa dihindari.
  • Usia. Risiko terkena aneurisma otak meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Sebagian besar kasusnya didiagnosis pada seseorang di atas usia 40 tahun.
  • Jenis kelamin. Wanita lebih berisiko mengalami aneurisma otak ketimbang pria karena kadar hormon estrogen lebih rendah secara signifikan setelah menopause.
  • Kelemahan di pembuluh darah. Dalam beberapa kasus, aneurisma otak disebabkan oleh kelemahan pada pembuluh darah yang sudah ada sejak lahir.
  • Cedera kepala parah. Aneurisma otak dapat berkembang setelah cedera otak parah, apalagi jika pembuluh darah di otak rusak. Faktor pemicu ini termasuk jarang terjadi.
  • Penyakit ginjal polikistik autosomal. Penyakit ini adalah kondisi genetik yang menyebabkan banyak kista berkembang di ginjal. Kista ditandai dengan kantung kecil berisi cairan.
  • Gangguan jaringan tubuh. Gangguan jaringan tubuh pada pengidap sindrom Ehlers-Danlos atau sindrom Marfan menyebabkan kelemahan pada dinding pembuluh darah tubuh, termasuk otak.
  • Koarktasio aorta. Kondisi ini ditandai dengan penyempitan arteri utama dalam tubuh (aorta), yang sudah ada sejak lahir. Penyakit ini merupakan jenis gangguan jantung bawaan yang umum dialami.

Diagnosis

Langkah tepat mendiagnosis aneurisma otak adalah dengan melakukan pemeriksaan. Pertama-tama, pengidap akan ditanyakan mengenai gejala, riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit dalam keluarga, serta aktivitas harian yang dilakukan.

Jika ada kecurigaan ke arah aneurisma otak, dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan penunjang untuk mengonfirmasi diagnosis. Beberapa pemeriksaan penunjang tersebut, termasuk:

1. CT Scan (A Computerized Tomography)

Pasien diposisikan berbaring dalam pemeriksaan ini. Kemudian dokter akan memasukkan zat kontras atau pewarna ke dalam tubuh pasien. Tujuannya agar aneurisma dapat terlihat saat gambar pembuluh darah otak diambil.

2. Magnetic resonance imaging (MRI)

Mirip dengan pemeriksaan CT Scan, pengidap akan berbaring. Kemudian dokter akan memindai gambar pembuluh darah pada otaknya. Aneurisma yang berukuran lebih dari 3–5 milimeter dapat dideteksi menggunakan pemeriksaan MRI maupun CT scan.

3. Angiogram

Angiogram dapat menunjukan titik lemah pembuluh darah merupakan pemeriksaan yang baik untuk mendeteksi aneurisma. Pada pemeriksaan ini, pengidap akan diberikan obat bius dan dimasukkan alat sejenis selang melalui pembuluh darah di kaki, hingga ke pembuluh darah kepala.

Lalu, zat pewarna akan dimasukan oleh dokter ke dalam pembuluh darah otak dan kondisi pembuluh darah akan dilihat di layar monitor. Jika terdapat aneurisma di otak dapat dilihat langsung dengan pemeriksaan ini.

4. Pemeriksaan Cairan Tulang Belakang (Cairan Serebrospinal)

Pemeriksaan penunjang ini dilakukan dengan mengambil cairan tulang belakang menggunakan jarum khusus untuk melihat adanya tanda perdarahan.

Pengobatan Aneurisma Otak

Berdasarkan tahapannya terapi aneurisma otak terbagi menjadi dua jenis. Pada aneurisma yang berukuran kecil, belum pecah, dan tidak menimbulkan gejala, terapi dilakukan dengan observasi rutin, serta melakukan tindakan pencegahan agar aneurisma tidak semakin membesar dan pecah.

Beberapa upaya yang dilakukan, seperti:

  • Tidak mengonsumsi obat-obatan stimulan.
  • Tidak merokok.
  • Menjaga tekanan darah normal.
  • Menghindari makanan yang mengandung tinggi lemak.
  • Membiasakan pola makan sehat.
  • Membatasi konsumsi kafein.
  • Jangan mengangkat benda berat.
  • Mengurangi berat badan dengan diet sehat.

Pembedahan dianjurkan jika aneurisma berisiko pecah. Jika aneurisma otak pecah, hal ini merupakan kondisi gawat darurat medis, dan harus dilakukan tindakan pembedahan segera. Terapi ini bertujuan untuk mencegah darah mengalir ke tempat pecahnya aneurisma. Prosedur yang dilakukan, meliputi:

1. Pembedahan dengan Penjepitan (Surgical Clipping)

Pembedahan ini dilakukan dengan membuka tulang kepala lalu, tempat pecahnya aneurisma akan dipasangkan penjepit.

2. Koiling Endovaskular

Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan selang khusus (kateter) ke dalam pembuluh darah di kaki, hingga mencapai kepala. Selanjutnya, dokter akan memasang alat untuk menutup perdarahan (koil). Pembedahan ini dilakukan tanpa membuka tulang kepala.

3. Pembedahan Flow Diverter

Tindakan ini dilakukan jika dua prosedur sebelumnya tidak memungkinkan. Pada jenis pembedahan ini akan dipasang alat yang disebut stent di dalam pembuluh darah, sehingga darah dapat mengalir tanpa bocor kembali. Seluruh tindakan pembedahan adalah terapi yang bisa saja menyebabkan risiko komplikasi, seperti kerusakan otak atau stroke.

Pencegahan

Aneurisma tidak selalu dapat dicegah. Namun, beberapa langkah berikut ini dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya aneurisma.

  • Berhenti atau tidak merokok.
  • Konsumsi makanan bergizi seimbang dan kurangi asupan garam.
  • Kurangi konsumsi alkohol.
  • Menjaga berat badan ideal dengan melakukan diet sehat.
  • Berolahraga secara teratur.
  • Kurangi asupan kafein.

Hubungi Informasi & pendaftaran lebih lanjut:
Customer Care RSIA Bina Medika
0821-6980-0909

No Comments

Leave a Reply

Berikan Kesehatan Yang Terbaik
Untuk Anda dan Keluarga