Penyebab dan Pengobatan Hipersomnia
Hipersomnia adalah suatu kondisi di mana seseorang merasa sangat mengantuk di siang hari meskipun cukup (atau lebih) tidur di malam hari.
Seseorang dengan insomnia akan tertidur beberapa kali dalam sehari. Gangguan tidur ini memengaruhi produktivitas, interaksi, dan kualitas hidup penderitanya. Bukan berarti insomnia juga meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Penyebab Hipersomnia
Berdasarkan kondisi yang mendasarinya berbeda, hipersomnia dibagi menjadi dua jenis, yaitu hipersomnia primer dan hipersomnia sekunder.
Hipersomnia Primer
Hipersomnia primer adalah hipersomnia yang tidak disebabkan oleh kondisi atau gejala kondisi medis lain. Hipersomnia primer dibagi menjadi empat kondisi:
– Narkolepsi tipe 1
Juga dikenal sebagai narkolepsi dengan cataplexy (kelemahan otot yang dipicu emosi tiba-tiba), narkolepsi tipe 1 disebabkan oleh rendahnya kadar zat kimia otak, hypocretin (juga disebut orexin), sumsum cairan serebrospinal (transmisi saraf).
Tidur siang pada individu yang sehat umumnya lebih singkat dan lebih menyenangkan daripada tidur siang pada orang dengan gangguan somnolen. Narkolepsi tipe 1 biasanya dimulai antara usia 10 dan 25 tahun.
– Narkolepsi tipe 2
Narkolepsi tipe 2 tidak termasuk cataplexy. Jenis narkolepsi ini memiliki gejala yang tidak terlalu parah dan kadar hipokretin normal. Narkolepsi tipe 2 biasanya dimulai pada masa remaja.
– Sindrom Kleine-Levin
Kondisi ini termasuk episode berulang hipersomnia ekstrim. Ini sering terjadi dengan gangguan kejiwaan, perilaku, dan terkadang kejiwaan. Setiap episode dapat berlangsung sekitar 10 hari, dengan episode berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan berulang beberapa kali dalam setahun. Kondisi ini sangat berisiko pada anak laki-laki, dengan episode mulai mereda antara usia 8 dan 12 tahun.
– Hipersomnia Idiopatik
Idiopatik berarti tidak diketahui penyebabnya. Jadi, hipersomnia idiopatik berarti pasien merasa sangat mengantuk karena alasan yang tidak diketahui, bahkan setelah tidur dalam waktu yang cukup (9-10 jam).
Hipersomnia sekunder
Hipersomnia sekunder berarti kantuk berlebihan yang terjadi karena satu penyebab atau beberapa kondisi medis. Ini termasuk:
– Hipersomnia karena kondisi medis
Penyakit dan kondisi yang dapat menyebabkan insomnia antara lain epilepsi, hipotiroidisme, ensefalitis, multiple sclerosis, penyakit Parkinson, obesitas, apnea tidur obstruktif, sindrom fase tidur larut, atrofi multisistemik, distonia, dan kelainan genetik lainnya. Selain itu, gangguan mood (termasuk depresi, gangguan bipolar, depresi musiman) dan trauma kepala, tumor, dan penyakit sistem saraf pusat juga dapat menyebabkan hipersomnia .
– Hipersomnia karena obat-obatan atau alkohol
Obat penenang (termasuk benzodiazepin, barbiturat, melatonin, dan hipnotik), antihipertensi, obat antiepilepsi, agen antiparkinson, relaksan otot rangka, antipsikotik, opioid, mariyuana, dan alkohol dapat menyebabkan insomnia.
Selain itu, penarikan dari stimulan (termasuk obat yang digunakan untuk mengobati gangguan hiperaktivitas defisit perhatian) juga bisa menjadi penyebab hipersomnia .
– Hipersomnia karena kurang tidur
Kurang tidur atau sindrom tidur yang tidak memadai adalah penyebab paling umum dari hipersomnia . Sebagian besar disebabkan oleh kurang tidur di malam hari (dalam hal ini, antara jam 7 dan 9 pagi untuk orang dewasa). Faktor risiko hipersomnia
Orang dengan kondisi yang membuat mereka lelah di siang hari paling berisiko mengalami hipersomnia . Kondisi tersebut meliputi:
- Mengalami sleep apnea.
- Gangguan ginjal, jantung, otak, depresi atipikal, dan fungsi tiroid yang rendah.
- jenis kelamin laki-laki.
- Memiliki kebiasaan buruk merokok
- Mengkonsumsi minuman beralkohol.
- Konsumsi obat dapat menyebabkan kantuk.
Gejala Hipersomnia
Seseorang dengan hipersomnia akan mengalami gejala-gejala berikut:
– Episode kantuk ekstrim terus menerus dan berulang sepanjang hari.
-Tidur lebih lama dari rata-rata (10 jam atau lebih) tetapi masih sangat mengantuk di siang hari dan sulit untuk tetap terjaga di siang hari.
-Kesulitan bangun di pagi hari atau terkadang tampak bingung atau agresif setelah tidur siang.
-Tidur siang tidak meningkatkan kewaspadaan, menyegarkan atau memulihkan energi.
-Sering merasa cemas dan mudah tersinggung. Kurangi energi.
-Merasa gelisah.
Berpikir dan berbicara lebih lambat dan tidak dapat berkonsentrasi atau berkonsentrasi.
-Memiliki masalah dengan memori.
-Sakit kepala.
-Ada halusinasi.
Diagnosis Hipersomnia
Untuk mendapatkan diagnosis yang akurat, pertama-tama dokter akan menanyakan gejala, riwayat kesehatan, riwayat tidur, dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh penderita.
Selain itu, Anda mungkin diminta untuk melacak pola tidur dan bangun dengan buku harian tidur. Dokter juga dapat meminta pasien untuk memakai sensor tanda tangan, alat kecil seperti jam tangan yang dikenakan di pergelangan tangan. Perangkat tersebut bekerja memantau gangguan pada siklus tidur-bangun selama beberapa minggu.
Untuk sementara, dokter Anda akan merekomendasikan serangkaian pemeriksaan tambahan jika diperlukan. Ujiannya meliputi:
Poligraf tidur
Studi tidur malam ini mengukur gelombang otak, pola pernapasan, detak jantung, dan gerakan otot selama tahapan tidur. Tes dilakukan di rumah sakit, pusat tidur, atau lokasi lain yang ditunjuk dan di bawah pengawasan langsung dari spesialis tidur yang berkualifikasi. Tes ini membantu mendiagnosis gangguan yang dapat menyebabkan kantuk. Beberapa tes latensi tidur
Tes tidur siang hari ini mengukur kecenderungan seseorang untuk tertidur dalam 5 menit, dengan menguji jadwal tidur siang 20 menit dengan jarak dua jam. Tes tersebut mencatat aktivitas otak, termasuk jumlah tidur siang yang mengandung tidur REM.
Kuesioner tentang tidur
Pasien mungkin diminta untuk melengkapi satu atau lebih kuesioner tidur yang mencakup penilaian pasien tentang tingkat kantuk mereka. Kuesioner tidur yang populer adalah Skala Kantuk Epworth dan Skala Kantuk Stanford.
Pengobatan Hipersomnia
Perawatan untuk hipersomnia didasarkan pada kondisi yang menyebabkannya. Selain itu, perawatan dilakukan bersamaan dengan perubahan gaya hidup.
Berikan psikostimulan, termasuk amfetamin, metilfenidat, atau dextroamphetamine. Obat-obatan ini adalah stimulan yang membantu orang tersebut merasa lebih waspada.
Pilihan obat lain, seperti sodium oxybate, flumazenil, dan clarithromycin.
Perubahan gaya hidup adalah bagian penting dari perawatan. Dokter Anda kemungkinan akan merekomendasikan jadwal tidur yang teratur. Selain itu, hindari aktivitas tertentu sebelum tidur. Ini termasuk konsumsi kafein dan minuman beralkohol. Dokter juga dapat merekomendasikan diet sehat untuk penderita penyakit ini.
Komplikasi Hipersomnia
Komplikasi Hipersomnia meliputi penurunan produktivitas, hubungan dengan orang lain, dan kualitas hidup pasien.
Pencegahan Hipersomnia
Tidak ada cara untuk mencegah sebagian besar jenis insomnia. Hipersomnia adalah penyakit kronis yang belum ada obatnya. Namun, Anda dapat mengambil langkah-langkah berikut untuk membantu mengurangi keparahan gejala Anda:
– Tidurlah pada waktu yang sama setiap malam. Pastikan kamar tidur lapang, sejuk, tenang dan nyaman.
– Hindari produk yang mengandung kafein (termasuk kopi, cola, teh, coklat, dan banyak obat bebas) selama beberapa jam setelah tidur.
– Hindari minum alkohol sebelum tidur. Meskipun alkohol bersifat depresan dan tampaknya membantu Anda tertidur, alkohol sering membangunkan Anda dan sering dikaitkan dengan mimpi buruk dan berkeringat karena dimetabolisme dalam tubuh. Berhati-hatilah saat mengemudi atau menggunakan perangkat yang berpotensi berbahaya
No Comments
Sorry, the comment form is closed at this time.