Penyebab dan Dampak Malnutrisi pada Anak
Malnutrisi atau disebut juga dengan ketidakseimbangan gizi terjadi ketika anak tidak mendapat asupan gizi yang cukup dan seimbang dalam jangka waktu yang lama. Kondisi ini terbagi menjadi dua jenis: gizi kurang dan gizi lebih.
Keduanya perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan pada anak, misalnya anak sering terkena infeksi akibat imunitas tubuh yang buruk, gangguan tumbuh kembang, diabetes, dan hipertensi.
Kita juga tahu bahwa ketidakseimbangan gizi bertanggung jawab atas kematian 300.000 anak di bawah usia 5 tahun setiap tahunnya di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Penyebab Malnutrisi pada Anak
Gizi buruk pada anak seringkali terjadi ketika anak diberikan gizi yang kurang atau berlebihan. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab anak mengalami kondisi kurang gizi, yaitu:
– Kurangnya pengetahuan orang tua tentang kebutuhan gizi anak
– Kurangnya akses pangan yang cukup dan terjangkau
– Faktor sosial dan ekonomi, misalnya kemiskinan, bencana alam, atau perang
– Kebersihan lingkungan atau sanitasi yang buruk
– Gangguan kesehatan tertentu, seperti penyakit Crohn, disfagia atau sulit menelan, penyakit celiac, kanker, dan HIV/AIDS
– Infeksi, seperti diare, TB, atau pneumonia, yang sering kambuh atau berulang
– Kelainan bawaan lahir, misalnya penyakit jantung bawaan
– Gangguan mental, seperti depresi dan gangguan makan
– Kekurangan yodium saat anak masih di dalam kandungan (hipotiroid kongenital)
– Tak hanya berbagai hal di atas, ada juga kondisi lain yang bisa membuat anak lebih berisiko mengalami ketidakseimbangan gizi, misalnya kebiasaan memilih makan atau susah makan (picky eating).
Dampak Malnutrisi pada Anak
Selain berbagai gangguan kesehatan pada anak yang telah disebutkan sebelumnya, ketidaseimbangan gizi pada anak juga dapat memicu stunting atau kondisi tubuh pendek.
Menurut Kementerian Kesehatan RI, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita, termasuk pertumbuhan fisik, organ tubuh, dan otak, akibat kekurangan gizi dalam waktu lama sehingga tubuhnya lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
Bila dibiarkan tanpa penanganan, kondisi stunting yang dialami anak pada 1000 hari pertama kehidupannya akan semakin sulit disembuhkan dan meningkatkan risiko anak mengalami obesitas serta penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes saat ia dewasa kelak.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, jumlah kasus stunting di Indonesia mencapai 24,4% obesitas sekitar 11% pada anak usia 5–12 tahun.
Konsultasikan gizi anak dengan dokter spesialis di RSIA Bina Medika untuk menghindari atau mengatasi malnutrisi pada anak Bunda.
No Comments
Sorry, the comment form is closed at this time.