Penis Anak 9 Tahun Terbakar Saat Sunat dengan Metode Laser di Pontianak
Seorang anak berusia 9 tahun di Pontianak mengalami kejadiaan naas saat sunat dengan metode laser lantaran penisnya terbakar. Sehingga, ia pun harus menjalani operasi rekontruksi pada penisnya.
Kasus ini terjadi pada 1 April 2022 lalu dan sempat dimediasi Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kota Pontianak serta Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kota Pontianak. Namun, mediasi gagal karena pelaku (dokter) tidak menyanggupi untuk mengganti rugi materiil. Akhirnya pihak keluarga melaporkan kasus tersebut ke Polresta Pontianak pada 1 April 2023.
Kronologi
Berawal dari pesan penawaran dari dokter berinisial IL melalui Instagram yang dikirimkan ke Ibu korban untuk melakukan sunat di kliniknya. Sang Ibu tertarik dan Dokter pun telah menyanggupi untuk menyunat anaknya yang berbadan besar.
Sayangnya, sepulang dari klinik untuk sunat pada 1 April 2022 kondisi anak tersebut demam dan dokter tidak memberi obat apapun. Kondisi penis anak tersebut juga mengkhawatirkan sehingga anaknya perlu penanganan rumah sakit.
Lantas, apakah aman sunat dengan metode laser?
Umumnya, metode laser aman jika dilakukan oleh dokter profesional, berpengalaman, dan mengetahui tekniknya dengan tepat. Metode laser memang memiliki keunggulan Biayanya pun sangat mahal sehingga belum banyak klinik yang memadai didaerah.
Jika anak Bunda berbadan besar sebaiknya tidak disunat menggunakan metode laser ataupun elektrikauter. Akan tetapi, disunat menggunakan metode konvensional yang dianggap lebih aman.
Kelebihan dan Kekurangan Sunat Laser
Prosedur sunat jenis ini umumnya memakan waktu 20-30 menit saja. Sedangkan proses pemulihannya hanya butuh 5-7 hari. Berikut beberapa keunggulannya:
– Pendarahan cenderung lebih singkat dibanding sunat konvensional
– Proses penyembuhan lebih cepat
– Waktu pengerjaannya jauh lebih singkat
– Hasilnya lebih rapi ketimbang sunat dengan pisau bedah
Meski begitu, sunat jenis ini bukan tanpa risiko. Seluruh prosedur pembedahan tentunya punya risiko. Nah, berikut beberapa risikonya:
– Mengalami infeksi
– Terasa nyeri usai menjalani prosedur
– Pendarahan
– Reaksi obat bius, contohnya memar, iritasi kulit, pusing, mual sampai sesak napas
Kelebihan dan Kekurangan Sunat Konvensional
MENGGUNAKAN PERALATAN MEDIS YANG STERIL DAN SESUAI STANDAR
Pada sirkumsisi (sunat) dengan metode konvensional yang dilakukan di rumah sakit, peralatan yang digunakan telah disterilkan terlebih dahulu sesuai dengan standar untuk tindakan bedah untuk meminimalkan risiko infeksi.
PERDARAHAN DAPAT LEBIH TERKONTROL
Dokter yang melakukan tindakan akan melakukan penjahitan sekaligus mengevaluasi apabila ada perdarahan yang terjadi
LEBIH MINIMAL RISIKO.
Pada beberapa metode sunat lain seperti electrocauter/bipolar pen sealer, alat yang digunakan meningkatkan risiko komplikasi dari luka bakar pada penis. Oleh karena itu, metode sunat konvensional lebih direkomendasikan oleh beberapa dokter bedah anak serta pakar urologi, karena secara klinis terbukti lebih aman dan tidak menyebabkan komplikasi berat.
Sementara kekurangan sunat Konvensional ialah proses khitan yang biasanya berlangsung 30-50 menit dan proses penyembuhan yang lebih lama.RSIA Bina Medika merekomendasikan pelaksanakan tindakan sirkumsisi oleh Dokter Spesialis Bedah atau Spesialis Bedah Anak, karena Dokter Bedah dapat melakukan penilaian dan menentukan penanganan yang tepat sesuai kondisi tubuh anak. Dan apabila ditemukan kelainan pada organ atau terdapat kondisi medis lainnya yang butuh perhatian, dokter bisa memberikan edukasi dan penanganan yang lebih tepat.
No Comments
Sorry, the comment form is closed at this time.